Sabtu, 05 Mei 2012

Resensi buku Pengantar Sejarah Indonesia


Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional
dari Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

Sartono Kartodirdjo lahir di Wonogiri 15 Februari 1921. Beliau adalah Guru Besar Ilmu Sejarah pada Universitas Gajah Mada dan anggota Dewan Riset Nasional. Beliau Tamat dari Jurusan Sejarah Universitas Indonesia tahun 1956, lalu melanjutkan studi dan memperoleh gelar MA dari Yale University Amerika Serikat, dibawah bimbingan Prof.Hary J. Benda. Pada tahun 1966 beliau meraih gelar doktor dari Universitas Amsterdam dengan promotor Prof. Wertheim dari Departemen of Sociology and Modern History of Southeast Asia, Universitas Amsterdam.[1] Tesis yang berjudul “The Peasant’s Revolt of Bantam in 1888” berhasil dipertahankan dengan predikat cum laude. Karya tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Pemberontakan Petani Banten 1888”.
Pengalaman dalam jabatan forum ilmiah antara lain Ketua Umum Seminar Sejarah Nasional II (1970): President International Conference of International Association for History of Asia (IAHA) tahun 1971-1974. Beliau aktif dalam berbagai konfrenesi IAHA di Singapura (1961), Kuala Lumpur (1968), Manila (1971),  Oriental Conggres di Canberra (1971) dan Paris (1973), serta mengikuti Seminar on Peasant Organization di New York (1975).
Prof. Sartono Kartodirdjo termasuk sejarawan yang memiliki reputasi nasional maupun internasional. Beliau seorang sejarawan yang sangat produktif, banyak menulis karya ilmiah baik yang diterbitkan di dalam maupun di luar negeri. Banyak menulis dalam media massa maupun jurnal-jurnal ilmiah. Salah satu buku karya Sartono Kartodirjo yaitu yang berjudul “Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme Jilid 2. Buku ini merupakan cetakan ketiga pada Oktober 1993, yang diterbitkan oleh PT Gramedia Putaka Utama, Jakarta. Buku ini terdiri dari 9 bab pembahasan. Bab pertama membahas tentang politik kolonial Belanda abad ke-19. Bab kedua membahas politik kolonial Belanda antara perang dunia I dan perang dunia II. Bab tiga membahas kehidupan kekotaan, bab empat tentang tradisi dan modernisasi. Bab lima membahas perkembangan politik dan pertumbuhan organisasi politik, bab enam tentang suasana baru sesudah 1926. Bab tujuh membahas krisis dunia dan politik, bab delapan membahas stratifikasi sosial pada masyarakat kolonial dan bab sembilan membahas tentang sejarah analitik struktural nasionalisme Indonesia.
Sartono menulis buku pengantar sejarah Indonesia baru menggunakan bebagai sumber yaitu sumber buku asing, majalah asing dan dokumen berupa tabel. Sumber dokumen berupa tabel ini seperti tabel jumlah sekolah, pengajar dan siswa pada sekolah berbahasa Belanda bagi penduduk pribumi Hindia Belanda tahun 1935.[2] Tujuan penulis yaitu mengemukakan garis besar masalah-masalah sejarah dari pergerakan nasional di Indonesia. Penulis juga tidak menggunakan metode kronologis karena lingkupnya terbatas.
Sudut pandang penulis lebih condong ke orang-orang pribumi. Penulis mengatakan bahwa rakyat Indonesia lebih diperlakukan sebagai objek oleh Belanda dari pada sebagai partisipan yang ikut aktif memegang pemerintahan.[3] Diskriminasi ras terdapat hampir pada setiap bagian kehidupan sosial, golongan pribumi ada pada lapisan bawah sedangkan orang Eropa ada pada lapisan atas.
Sartono menulis buku pengantar sejarah Indonesia baru memiliki beberapa kelemahan yaitu banyak menggunakan kalimat yang tidak efektif seperti pada kalimat berikut: dengan demikian, sudah barang tentu timbullah penyimpangan-penyimpangan serta penyalahgunaan perjuangan dan nama Sarekat Islam.[4] Selain itu, masih ada beberapa kata lagi yang tidak efektif yaitu kata bahwa adalah dan dalam pada itu. Penulis sering menggunakan kata penggubung di awal kalimat seperti karena, di, yang dan dengan. Penulisannya banyak yang tidak sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), contoh: personel, pelbagai dan konperensi. Selain itu, Penggunaan tanda baca yang tidak sesuai dengan penempatannya, seharusnya menggunakan tanda baca (,) koma tetapi malah menggunakan tanda baca (;) titik koma.
Meskipun buku karya Sartono ini terdapat kelemahan, tetapi juga mempunyai kelebihan yaitu penulis sudah menggunakan sumber-sumber yang lengkap baik sumber buku, majalah maupun dokumen berupa tabel atau data statistik. Selain itu, penulisan singkatan selalu disertai dengan penjabarannya.


[1] Sartono, kartodirjo, 1993, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, hlm, 277.
[2] Ibid., hlm, 78.
[3] Ibid., hlm, 253.
[4] Ibid., hlm, 107.


1 komentar:

  1. The Best Ways to Win at a Casino - DrMCD
    If 용인 출장마사지 you've been in the 울산광역 출장샵 casino for more 과천 출장안마 than a decade 군포 출장안마 and have 태백 출장샵 never played before,  The casinos have the highest standard for gambling. The casinos

    BalasHapus